PANDANGAN TENTANG RISET ILMIAH

Riset Ilmiah adalah suatu pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan dengan teliti dan kritis dalam mencari kebenaran atau prinsip penyidikan guna memastikan suatu hal yang harus sesuai dengan fakta, aturan, obyektif, masuk akal dan memiliki asumsi-asumsi.


CONTOH RISET ILMIAH

RISET ILMIAH ALQUR'AN

Salah satu peristiwa penting yang terjadi di bulan ramadhan adalah turunnya Al qur'an atau Nuzul Alqur'an. Ia mengandung makna agar kita selalu membaca, menyingkap dan melihat rahasia firman-firman Allah dan keagungannya di antara umat manusia.

Perintah Iqra sesungguhnya tidak terbatas hanya untuk orang-orang islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia, tidak di batasi hanya untuk orang islam. Ayat-ayat Alqur'an turun secara berangsur-angsur sampai sempurna sekitar 23 tahun.

Bila dikumpulkan, ayat-ayat alqur'an itu berjumlah 30 juz, yang hingga kini masih beredar ditengah-tengah kita. Begitu wahyu Allah di abadikan dalam bentuk tulisan dan di bukukan, maka Al qur'an telah memiliki ranah sejarah yang bisa di akses, didekati, dibaca, dan di ajak dialog oleh pembacanya. dengan demikian, kehadiran dan posisi Al qur'an secara sosial detentukan oleh pembacanya sendiri.

Ketika kita memperingati peristiwa Nuzul Al qur'an, maka yang kita perlu renungkan, bagaimana kita mampu merealisasikan perintah Iqra (bacalah) didalam kehidupan kita. Dengan membaca, kita harapkan akan memperoleh ilmu pengetahuan.

Namun kini, ketika kita membicarakan ilmu pengetahuan di dalam konteks islam, maka terasa ada hal yang samar-samar dan kurang jelas. Sikap kita selama ini mendua dan kadangkala tidak konsisten antara pendekatan ilmiah, rasional, objektif, dan sikap meloncat kepada kesimpulan normatif, ideal dan sikap mensakralkan ilmu keislaman sebagai informasi yang telah baku dan pasti.

Pandangan bahwa ajaran Al qur'an sudah komplit cenderung mengabaikan eksplorasi keilmuan, dan kalau terjadi lalu dianggap imu sekuler. Karena sudah komplit untuk apa kita berfikir, yang penting bagi kita adalah mengikuti saja apa yang ada didalam Al qur'an. Kita tinggal menjalankan apa yang tertulis didalam Al qur'an, tak perlu lagi bagi kita untuk mengupas dan memperdalam kandungannya.

Al qur'an memang mengenalkan kita basic principle, selebihnya kita harus mencari sendiri. Banyak wilayah keilmuan yang memang diserahkan kepada kita, sebagaimana di contohkan pada uswah hasanah Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat Allah didalam Al qur'an hanya ayat lafdziyah yang sudah turun berakhir pada Nabi Muhammad SAW.

Kita seharusnya memperhatikan perintah Al qur'an untuk lebih memperhatikan ayat-ayat ijtimaiyah (sosial), ayat-ayat tarikhiyah (sejarah), ayat-ayat nafsiyah (jiwa). Kita harus banyak belajar dari peristiwa kemanusiaan. sayangnya kita selama ini belajar hanya teks yang struktural. Mungkin kita tidak serius mendengar Al qur'an itu sendiri.

Al qur'an sebagai teks memang sudah selesai. Al qur'an sebenarnya hendak mengatakan kepada umat pembacanya "Bukan teks-teks di atas kertas ini yang engkau baca terus, tetapi pergilah kemasyarakat, sejarah dan jiwa. Lakukanlah penelitian, bacalah, misalnya ayat-ayat sosial, firman tuhan yang tertulis dalam peristiwa sejarah kemanusiaan.

"Kini kita jarang mendengarkan usulan Al qur'an ini. Karenanya riset yang bernilai empirik tidak berjalan dengan baik. Akhirnya, dunia eskatologis yang mengajak kita meloncat kedunia lain yang lebih berkembang di dunia islam menggeser kesadaran misi kekhalifahan di muka bumi ini.

Jadi, Al qur'an menyuruh kita untuk menafsirkan ayat-ayatnya melalui riset ilmiah. Banyak istilah konseptual Al qur'an yang sulit di tangkap maksudnya tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Misalnya tentang proses pertumbuhan janin dalam perut, statmennya baru menjadi jelas setelah berkembang ilmu kedokteran modern.

Semua ayat allah yang bertebaran di alam semesta tak akan terbaca kalau seorang tidak mampu menggunakan nalarnya untuk menganalisa dan merenungkan asal-usulnya dan kehebatan penciptanya. Maka berkembanglah dalam tradisi pemikiran islam apa yang di sebut ilmu mantiq (logika), ilmu kalan, filsafat, ilmu tafsir, dan ushul fiqih yang dengan penalaran sistematis ingin menangkap keberadaan dan kehendak tuhan malalui jejak jejak karya dan kalamnya.

Bagi para sufi, mengenal dan mendekati Allah tidak bisa dengan jalan penalaran, melainkan dengan mata hati, dengan rasa (dzawq). Akal manusia itu terbatas, tidak bisa memembus misteri alam gaib. Makannya Allah memberikan Qalbu, yang kedalamannya berlapis-lapis. Jika qalbu diasah dan dibersihkan dari berbagai dosa dan noda, lalu diisi dengan zikir tentang Allah, maka pengenalan manusia kepada Allah lebih jelas dan langsung.

Nah, suasana puasa Ramadhan yang hening dan khusuk ini menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk memperbanyak membaca, merenung, dan memahami wahyu-wahyu ilahi yang terhimpun sempurna di dalam Al qur'an. Dengan demikian, kehadiran Al qur'an benar-benar mendatangkan manfaat yang sangat banyak bagi diri kita sendiri, masyarakat, dan bangsa kita.

Komarudin Hidayat

http://www.tribunpekanbaru.com/read/artikel/8927/riset-ilmiah-al-quran-



KOMENTAR

Pada contoh riset ilmiah tentang Al qur'an di atas terdapat kata "Akal manusia itu terbatas, tidak bisa menembus alam gaib, makannya Allah memberikan Qalbu, yang kedalamannya berlapis-lapis" berarti telah di lakukan pengujian dan pemeriksaan untuk kebenaran tersebut.